Kita barangkali cenderung berfikir bahwa "sejarah" harus selalu terkait dengan hal-hal besar. Apakah itu kepahlawanan, perjuangan kemerdekaan atau peradaban besar di masa lalu. Akan tetapi, sejarah sebetulnya dapat saja tentang segala sesuatu, seberapa penting atau tidak pun ia. Bahkan, dalam bangunan menyeluruh kehidupan manusia, sejarah yang terbanyak adalah tentang hal-hal yang biasa.
Ketika duduk membaca in-flight magazine sebuah penerbangan AS, saya membaca sebuah tulisan pendek tentang asal usul pipet sedotan. Betul, sebuah selang plastik tipis kecil yang bolong di tengah dan digunakan untuk menyedot minuman itu. Dalam bahasa Inggeris, kata yang dipakai adalah "straw" atau "drinking straw". Nama ini kuat kaitannya dengan asal usulnya yang dari batang rumput, padi atau tumbuh-tumbuhan sejenis.
Yang menarik dari sejarah sedotan plastik adalah proses bagaimana ia menjadi bagian yang lazim dalam kehidupan kita yang lebih beradab. Batang padi, atau bahkan bambu, telah ada dari sejak zaman purba. Sejarah budaya padi, misalnya, telah bermula sejak tahun 3000 SM, ketika mulai dikenal di India. Artinya, ini adalah sejarah yang telah demikian panjang. Tetapi, sejak kapankah sebuah medium kecil berlubang seperti batang padi diangkat kelasnya menjadi alat untuk menyedot minuman?
Kalau anda melihat film-film tentang manusia purba, barangkali akan terserempak adegan perempuan yang meniup api melalui sepotong bambu, misalnya. Dalam film-film survival, seorang tokoh yang dikejar-kejar musuh dapat saja mencebur ke dalam air dan bernafas melalui selang kecil dari rumput di sekitar. Ia bersembunyi di bawah air dan bernafas lewat sebatang rumput yang bolong.
Di kampung-kampung, petani kita barangkali akan memetik batang padi, menyilet beberapa lubang di permukaannya, lalu meniup dan memainkan sebuah musik lembut yang mengalun mendayu-dayu. Ia menjadi onang-onang bagi orang Mandailing di Sumatera, misalnya. Namun, batang padi itu tentu tidak digunakan untuk menyedot minuman dari dalam gelas atau botol.
Faktanya adalah bahwa proses peralihan sedotan dari batang rumput menjadi pipet yang berpaten dan diperjualbelikan memerlukan waktu yang demikian panjang. Sejarah sedotan yang sederhana itu adalah sejarah yang melalui waktu beribu tahun.
Konon orang-orang Sumeria yang menggunakan sedotan rumput jerami (rye-grass straw) untuk pertama kalinya ketika mereka minum bir, lima ribu tahun yang lalu. Karena bir yang diproduksi masih bercampur dengan sisa-sisa sampingan dalam proses fermentasinya, penggunaan sedotan jerami dapat menepis terminumnya by-product yang tidak diinginkan. Sayangnya, sedotan jerami ini sering juga menyisakan rasa rumput yang tak enak dan mengganggu di lidah.
Namun baru di tahun 1888, seorang Marvin Stone mendapat gagasan untuk memproduksi sedotan artifisial berbahan kertas. Ia menggulung lembar kertas pada sebatang pensil dengan lem di sisi tepi, menarik pensilnya sehingga tinggal sebuah selang kertas yang kosong di tengah. Kemudian medium itu dicelupkan ke dalam parafin agar memperkuat terhadap air. Penemuannya ini dipatenkan setahun kemudian.
Marvin yang sebelumnya telah pernah mematenkan satu dua temuan lain, mendirikan pabrik sedotan, Stone Straw Company, yang sampai sekarang masih berdiri. Ia pun semakin menyempurnakan penemuannya itu dan menciptakan mesin pembuatnya. Ia juga menetapkan bahwa panjang ideal pipet sedotan adalah 8.5 inci dengan diameter sedikit lebih kecil dari biji jeruk.* Sekarang sedotan umumnya bukan berbahan kertas, walaupun masih ada, tetapi dari bahan plastik polypropylene atau polystyrene.
Yang pasti, pipet sedotan langsung saja masuk dan tidak lagi dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Di tahun 1930an, Joseph B. Friedman dari San Fransisco juga menemukan variasi yang dapat ditekuk, sehingga semakin menyempurnakan sejarah pipet sedotan ini.
Sekarang ia adalah bagian yang sangat biasa dalam kehidupan kita. Ia ada di mana-mana sebagai sumbangan kecil yang membuat jus alpukat terasa lezat ketika kita nikmati. Tentu sejarahnya yang melampaui lima millenium itu segera berubah menjadi pernak-pernik perdaban manusia yang terlalu biasa. Seperti juga dulu sejarah roda, angka, kertas, plastik dan seterusnya. Lalu sekarang, seperti juga sejarah televisi, komputer atau telepon genggam yang cepat saja menjadi hal-hal rutin.
Ketika kita lihat secara lebih menyeluruh, ternyata hidup dan peradaban kita ini sering kali ditopang oleh hal-hal kecil, yang sejarahnya menjadi sangat biasa dan tidak penting. Namun hakikinya, semua yang pada akhirnya kita sebut penting pun adalah kumpulan dari satu dua atau ribuan dan jutaan hal-hal yang biasa. Akhirnya, semua akan berpulang pada bagaimana kita mau mengambil makna.
Category: | 0 Comments
0 comments to “SEJARAH PIPET SEDOTAN”